Cindy Tri Septiani
11111662
1ka30
Apabila berbicara tentang siksaan, terbayang di benak kita sesuatu yang sangat mengerikan, bahkan mendirikan bulu kuduk kita. Di dalam benak kita, terbayang seseorang yang tinggi besar, kokoh kuat dan dengan muka yang seram sedang memegang cemeti yang siap mencambukkan tubuh orang yang akan disiksa; atau ia memegang tang dan siap mencopot kuku-kuku orang yang disiksa. Mungkin juga si penyiksa sedang merokok dan bermaksud untuk menyulut sekujur tubuh orang yang sedang disiksa. Semua itu dengan maksud agar orang yang disiksa itu memenuhi permintaan penyiksa atau sebagai perbuatan balas dendam.
Siksaan semacam itu banyak terjadi dan banyak dibaca di berbagai media massa. Bahkan kadang-kadang ditulis di halaman pertama dengan judul huruf besar, dan disertai gambar si korban.
Siksaan manusia juga menimbulkan kreativitas bagi orang yang pernah mengalami siksaan atau orang lain yang berjiwa seni yang menyaksikan langsung atau tak langsung. Hal itu terbukti dengan banyaknya tulisan, baik berupa berita, cerpen ataupun novel yang megisahkan siksaan. Dengan membaca hasil seni yang berupa siksaan, kita akan dapat mengambil hikmahnya. Karena kita dapat menilai arti manusia, harga diri, kejujuran, kesabaran, dan ketakwaan, tetapi juga hati yang telah dikuasai nafsu setan, kesadisan, tidak mengenal perikemanusiaan, dan sebagainya.
Kita dapat menilai diri kita sendiri, di mana kita berdiri, di mana kita berpihak, dan sejauh mana ketakwaan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar