Kamis, 29 Maret 2012

Contoh Cerita Rakyat ( Sangkuriang )

Cindy Tri Septiani
11111662
1KA30


Cerita Sangkuriang






Pada jaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya memang sengaja merahasiakannya.

 Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada seekor burung yang sedang bertengger di dahan, lalu tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung menembaknya, dan tepat mengenai sasaran. Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang. Karena sangat jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang lalu mengusir Tumang dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya lagi.

Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu mendengar cerita dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya sendok nasi, dan dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya. 

Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan usia muda selamanya.

Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali, karena kampung halamannya sudah berubah total. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah ketika saat di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang langsung melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat akan menikah di waktu dekat. Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hatan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat dia merapikan ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut mirip dengan bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah tekejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut adalah anaknya sendiri.

Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka. Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin lalu saja.

Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi. Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal maka pernikahan itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesai sebelum fajar menyingsing.

Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sangkuriang lalu mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.

Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.

Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.

Bagaimana Cara Manusia Memperoleh Pengetahuan

Cindy Tri Septiani
11111662
1KA30



Manusia dengan latar belakang, kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti, dari manakah saya berasal? Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam? Apa hakikat manusia? Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia? Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia? Mana pemerintahan yang benar dan adil? Mengapa keadilan itu ialah baik? Pada derajat berapa air mendidih? Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya? Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain. Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinya.
Pada dasarnya, manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya. Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa:
1.      Hakikat itu ada dan nyata;
2.      Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu;
3.      Hakikat itu bisa dicapai, diketahui, dan dipahami;
4.      Manusia bisa memiliki ilmu, pengetahuan, dan makrifat atas hakikat itu. Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya, dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia.


A. ASAL USUL PENGETAHUAN
Asal usul pengetahuan termasug hal yang sangat penting dalam epistemology. Untuk mendapatkan darimana pengetahuan itu muncul (berasal) bisa dilihat dari aliran-aliran dalam pengetahuan, dan bisa dengan cara metode ilmiah, serta dari sarana berpikir ilmiah.


B. Rasional
Pengetahuan rasional atau pengetahuan yang bersumber dari akal (rasio) adalah suatu pengetahuan yang dihasilkan dari proses belajar dan mengajar, diskusi ilmiah, pengkajian buku, pengajaran seorang guru, dan sekolah. Hal ini berbeda dengan pengetahuan intuitif atau pengetahuan yang berasal dari hati. Pengetahuan ini tidak akan didapatkan dari suatu proses pengajaran dan pembelajaran resmi, akan tetapi, jenis pengetahuan ini akan terwujud dalam bentuk-bentuk “kehadiran” dan “penyingkapan” langsung terhadap hakikat-hakikat yang dicapai melalui penapakan mistikal, penitian jalan-jalan keagamaan, dan penelusuran tahapan-tahapan spiritual. Tokoh-tokoh paham rasionalisme yaitu : Agustinus,Johanes Scotus, Avicena, Rene Descrates, Spinoza, Leibniz, Fichte, Hegel, Plato, Galileo, Leonardo da Vinci.


C. Emperikal
Tak diragukan bahwa indra-indra lahiriah manusia merupakan alat dan sumber pengetahuan, dan manusia mengenal objek-objek fisik dengan perantaraanya. Setiap orang yang kehilangan salah satu dari indranya akan sirna kemampuannya dalam mengetahui suatu realitas secara partikular. Misalnya seorang yang kehilangan indra penglihatannya maka dia tidak akan dapat menggambarkan warna dan bentuk sesuatu yang fisikal, dan lebih jauh lagi orang itu tidak akan mempunyai suatu konsepsi universal tentang warna dan bentuk. Begitu pula orang yang tidak memiliki kekuatan mendengar maka dapat dipastikan bahwa dia tidak mampu mengkonstruksi suatu pemahaman tentang suara dan bunyi dalam pikirannya. Atas dasar inilah, Ibn Sina dengan menutip ungkapan filosof terkenal Aristoteles menyatakan bahwa barang siapa yang kehilangan indra-indranya maka dia tidak mempunyai makrifat dan pengetahuan. Dengan demikian bahwa indra merupakan sumber dan alat makrifat dan pengetahuan ialah hal yang sama sekali tidak disangsikan. Hal ini bertolak belakang dengan perspektif Plato yang berkeyakinan bahwa sumber pengetahuan hanyalah akal dan rasionalitas, indra-indra lahiriah dan objek-objek fisik sama sekali tidak bernilai dalam konteks pengetahuan. Dia menyatakan bahwa hal-hal fisikal hanya bernuansa lahiriah dan tidak menyentuh hakikat sesuatu. Benda-benda materi adalah realitas-realitas yang pasti sirna, punah, tidak hakiki, dan tidak abadi.


D. TERJADINYA PENGETAHUAN
Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam epistemologi, sebab jawaban terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorang akan berwarna pandangan atau paham filsafatnya. Jawaban yang paling sederhana tentang terjadinya pengetahuan ini apakah berfilsafat a priori atau a posteriori. Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya ata melalui pengalaman, baik pengalaman indera maupun pengalman batin. Adapun pengetahuan a posteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman. Dengan demikian pengetahuan ini bertumpu pada kenyataan objektif. (Abbas Hamami M.,1982,hlm .11)


E. BEBERAPA ALAT YANG DAPAT DIGUNAKAN SESEORANG UNTUK MENDAPATKAN PENGETAHUAN
   - Indra
   - Akal
  - Hati atau Intuisi
  - Wahyu


F. MACAM-MACAM PENGETAHUAN
 1. Pengetahuan langsung (immediate);
Pengetahuan immediate adalah pengetahuan langsung yang hadir dalam jiwa tanpa melalui proses penafsiran dan pikiran. Kaum realis (penganut paham Realisme) mendefinisikan pengetahuan seperti itu. Umumnya dibayangkan bahwa kita mengetahui sesuatu itu sebagaimana adanya, khususnya perasaan ini berkaitan dengan realitas-realitas yang telah dikenal sebelumnya seperti pengetahuan tentang pohon, rumah, binatang, dan beberapa individu manusia. Namun, apakah perasaan ini juga berlaku pada realitas-realitas yang sama sekali belum pernah dikenal dimana untuk sekali meilhat kita langsung mengenalnya sebagaimana hakikatnya?. Apabila kita sedikit mencermatinya, maka akan nampak dengan jelas bahwa hal itu tidaklah demikian adanya.
 2. Pengetahuan tak langsung (mediated);
Pengetahuan mediated adalah hasil dari pengaruh interpretasi dan proses berpikir serta pengalaman-pengalaman yang lalu. Apa yang kita ketahui dari benda-benda eksternal banyak berhubungan dengan penafsiran dan pencerapan pikiran kita.
 3. Pengetahuan indrawi (perceptual);
Pengetahuan indrawi adalah sesuatu yang dicapai dan diraih melalui indra-indra lahiriah. Sebagai contoh, kita menyaksikan satu pohon, batu, atau kursi, dan objek-objek ini yang masuk ke alam pikiran melalui indra penglihatan akan membentuk pengetahuan kita. Tanpa diragukan bahwa hubungan kita dengan alam eksternal melalui media indra-indra lahiriah ini, akan tetapi pikiran kita tidak seperti klise foto dimana gambar-gambar dari apa yang diketahui lewat indra-indra tersimpan didalamnya. Pada pengetahuan indrawi terdapat beberapa faktor yang berpengaruh, seperti adanya cahaya yang menerangi objek-objek eksternal, sehatnya anggota-angota indra badan (seperti mata, telinga, dan lain-lain), dan pikiran yang mengubah benda-benda partikular menjadi konsepsi universal, serta faktor-faktor sosial (seperti adat istiadat). Dengan faktor-faktor tersebut tidak bisa dikatakan bahwa pengetahuan indrawi hanya akan dihasilkan melalui indra-indra lahiriah.


sumber: http://peradaban14islam.wordpress.com/2011/04/08/epistemologi-cara-mendapatkan-pengetahuan-yang-benar/

Contoh Legenda (Danau Toba)

Cindy Tri Septiani
11111662
1KA30




Legenda Danau Toba



Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. "Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar," gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya.
 Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.
Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. "Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku." Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. "Bermimpikah aku?," gumam petani.
"Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata," kata gadis itu. "Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu," kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. "Dia mungkin bidadari yang turun dari langit," gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. "Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! " kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petan dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri.
Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. "Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!" kata Petani kepada istrinya. "Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik," puji Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !," umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.


sumber: http://cerita-daerah.blogspot.com/2011/05/legenda-danau-toba.html

Contoh Mitos (Nyi Roro Kidul)

Cindy Tri Septiani
11111662
1KA30



SEKITAR tujuh kilometer arah selatan desa Pleret Kotagede, terletak desa Ngrasawuni. Di arah timur dan timur laut desa ini konon dahulu menjadi tempat Sang Senapati dan Nyai Lara berkencan. Bekas bekas yang masih diingat dalam cerita tutur orang ialah: gua dan bukit yang disebut Gunung Payung. Di bukit ini terdapat dua makam. Yang satu makam kuda sembrani, kuda bersayap kendaraan Senapati, yang bekas telapak nya tercetak pada "batu gilang" di dekat situ. Yang lain "makam kama", yaitu makam sperma Senapati yang tetes di tanah di bukit itu. 

Kesatu ragaan Pandawa Pandu dengan Pandawa Lelembut di Astina sejatinya merupakan kesatu ragaan politik. Begitu juga perkawinan Lara Kidul dengan Senapati pada dasarnya perkawinan politik. Senapati memperoleh kedaulatan atas wilayah Mataram, di samping Laut Selatan yang tak berbatas itu. Ini sekaligus merupakan satu deklarasi politik Sutawijaya di depan Adiwijaya, ayah angkatnya. Deklarasai, bahwa Mataram bukan penerus Pajang, baik de facto maupun de iure. Dengan itu pula,
sekaligus untuk "menggertak" lawan lawan nya, Senapati memamerkan kelebihan lelembut istrinya itu di depan segenap makhluk halus yang tak terbilang banyak nya: 

'Gung pra peri perayangan ejim
sumiwi Sang Sinom
Prabu Rara yekti gedhe dhewe.
(kutipan dari "Babad Nitik")
saya terjemahkan:
segenap makhluk halus jin
bersembah pada Sang Ratu
yang besar tak bertara


Saya sependapat dengan Ben Anderson yang melihat benteng (saya tambah: juga "jagang" atau parit) di sekeliling kraton Yogya dan Solo, terutama bukan sebagai barikade terhadap tentara musuh, tapi lebih merupakan pernyataan tentang garis batas antara "krama" dan "ngoko", antara "priyagung" dan "wong cilik".*


Walaupun begitu terdapat beda, yang seperti bumi dan langit, antara dasar konsepsi pada lakon carangan "Babad Alas Wanamarta" dengan legenda "Babad Alas Mentaok". Jika pada yang pertama bersifat materiel, pada yang kedua bersifat im-
materiel. Yang pertama kenyataan dihadapi sebagai dan dengan kenyataan, yang kedua kenyataan dihadapi sebagai dan dengan impian. Maka dari itu dunia pedalangan ditutup dengan "Bratayuda Jaya Binangun", dan berakhir dengan kemenangan pihak Pandawa terlepas berapa besar pun kurban yang harus jatuh. Sedangkan babad Mataram, yang mungkin bisa dipandang sebagai "perwakilan Jawa" pada jaman nya, sejak itu tidak
pernah mengenal lagi perang untuk sesuatu nilai. Tidak pernah lagi berinisiatif ofensif. Impian nya pun impian lesu tentang Ratu Adil, yang tak berdarah dan tak berdaging, dan dibangun di atas seribu satu ramalan Jayabaya dan semacamnya, atau
tafsir tafsir yang dipaksakan atas "Jaka Lodang" dan "Kalatida" dari Ranggawarsita. Tidak bisa lain, karena keagungan kerajaan Jawa memang sudah habis bersama dengan
tahun candrasangkala jatuhnya Majapahit: "sirna hilang kartaning bumi" (hilang lenyap keagungan negri).


Mengusut latar belakang mitos 
ENTAH lidah atau tangan siapa yang pertama tama mendoktrin kan mitos Lara Kidul itu. Tapi pastilah dari lidah atau tangan yang memang memenuhi syarat syarat kepujanggaan. "Wedatama", yang mem-p4-kan 6) keagungan Senapati berikut mitos Lara Kidul, berasal dari paro sampai perempat terakhir abad ke-19. Kira kira satu abad sebelumnya, tepat nya 11 November 1743, VOC memang telah menodong tanda tangan Paku
Buwana II di pembaringan sakit nya. Dan dari surat todongan itu (agaknya semacam Supersemar Suharto), didapat lah hasil hasil oleh VOC:
(1) sepanjang pantai utara Jawa, dan wilayah sejauh 6 Km
ke pedalaman dikuasai VOC;
(2) semua Bupati pesisir utara Jawa, sebelum mulai
berfungsi, harus bersumpah setia kepada VOC.
Itulah angka tahun ketika kerajaan Jawa secara definitif kehilangan kekuasaan nya atas laut utara. Dan tahun itu (1743), kira kira hanya selang dua dasawarsa saja dari "Babad Karangbolong". Oleh karenanya sejak itu, orang mengadakan
selamatan dan upacara, setiap kali sebelum turun ke gua, untuk mengutip sarang burung. Selamatan dan upacara yang dipersembah kan bagi Dewi Lampet. Upacara ini disertai dengan pergelaran wayang kulit yang mengambil lakon "Dewi Lampet", sebuah nama dan versi lain dari tokoh Dewi Laut Selatan yang satu itu juga: Nyai Lara Kidul (baca: "Histoire de Dewi Lampet: Le Mythe de la Deesse de la Mer du Sud a Karang Bolong" , Claude Guillot; Archipel 24/1982; hal. 101-06).
Tapi semuanya itu tentu tidak berarti bahwa mitos Lara Kidul ini mulai (di)timbul(kan) pada sekitar tahun tahun tersebut. Jauh jauh hari pada senja riwayat Kerajaan Demak, wawasan tentang keadaan dan pengarahan politik telah dibisik
kan Sunan Kalijaga kepada Mas Karebet alias Jaka Tingkir, kelak Sultan Adiwijaya di Pajang. Tanpa menyebut masalah armada dagang berikut ancaman meriam meriam Spanyol,
Portugis, Belanda dan Gujarat di laut utara [tapi wali yang arif ini pasti mencatat di ingatan nya dua kali pengalaman kekalahan Pati Unus di Malaka], diperintah nya Karebet: pertama, agar tidak mempertahankan Demak, tapi membangun
pusat bakal kerajaan nya di pedalaman; dan kedua, agar kerajaan nya kelak tidak bersandar pada para "dagang layar" di laut, tapi pada kaum "among tani". (baca: Atmodarminto, Babad Demak Jarwa, Penerbit "Pesat" 1954).
"Carilah bakal pusat kerajaan mu itu di dekat Prambanan,
di pinggir Kali Kuning sana!" Begitu kira kira nasihat
Kalijaga pada Mas Karebet. Tinggal kan Laut Utara, mundur dan
masuk ke pedalaman.
 "Arus sudah berbalik!" Kata Pramudya

Ananta Toer.
Revaluasi atas wawasan situasi objektif, yang
meninggalkan konsep wawasan nusantara bahari, diuji penjabaran nya terutama oleh Sultan Agung Anyakrakusuma (1612-45). Tapi ternyata mengalami kegagalan. Dua kali ekspedisi ke Betawi dikirim (1628 dan 1629), dua kali pula gagal. Bukan saja sama
sama dedel duwel dengan VOC di Betawi (konon J.P. Coen berhasil dipenggal kepalanya oleh lasykar Mataram?), tapi juga harus menghadapi pemberontakan "golongan ketiga" yang sedang tumbuh di pedalaman Mataram. Pemicu pemberontakan ini, agaknya, jika kita mencermati dongeng rakyat "Pranacita - Rara Mendut", akibat semacam "krismon" yang dicoba hendak diatasi dengan (karena belum ada IMF!) politik perpajakan. Begitu juga
oleh sabotase besar besaran dari para "bupati pesisir", sepanjang barat Semarang sampai Rengasdengklok. Sayang "benang merah" tutur Jawa ini kurang diangkat, baik oleh YB. Mangunwijaya maupun oleh Ami Prijono, masing masing dalam
novel dan film nya tentang Rara Mendut.


Lahir dari konsep defensif 
G.J.Resink benar, mensinyalir mitos Lara Kidul ini,
dengan menghubungkan nya dengan armada armada Spanyol, Portugis dan Belanda yang dalam masa itu sudah malang melintang di Laut Jawa ("Mers Javanaises"; Archipel 24/1982, hal. 97-100). Namun demikian ini tentu saja tidak berarti, bahwa kepercayaan pada ruh penguasa laut belum ada di Jawa sebelum masa itu. Sebutan "nyai" itu sendiri, bentuk feminin untuk "kyai", sejenis honorefik prefiks bagi orang tua yang
dimuliakan, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Termasuk dalam yang akhir ini, terutama yaitu arwah "bahureksa" yang di lain tempat disebut "pamali" (Buru), "danyang" (tentu dari "da" dan "hyang"), dan lain lain.
Nyai Lara Kidul konon berparas cantik. Beda dengan Durga (Umayi) atau si Janda dari desa Girah, Calon Arang. Tapi wataknya? Jelas, tidak pernah melempar senyum barang secercah pada "kawula cilik". "Lampor" nya bikin takut anak anak. Ia
juga luar biasa pencemburu pada perempuan tani di desa. Jika gadis gadis desa dan gunung itu, satu kali setahun, pada kesempatan hari raya Lebaran ingin bergembira ria di laut, bukan main banyak pantangan mereka. Tidak boleh berbaju warna
"gadung", "gadung melati", "jingga", dan sebagainya; tidak boleh berkain "poleng alit", "teluh watu" dan semacam nya. Juga pada penduduk desa umumnya. Ini terjadi sangat hebat, misalnya, di sekitar tahun 1956. Dihamuk nya rakyat
Gunungkidul yang miskin tak berdaya itu. Gelombang Laut Selatan bergulung gulung menghempas pantai, sambil melepas berjuta juta balatentara yang berupa tikus tikus. Dan dimangsanya segala apa saja. Bukan saja tumbuhan dan hasil bumi, bahkan ternak dan bayi anak anak manusia juga dimakan.
Lalu, sekali lagi terjadi pada tahun 1946. Ketika itu Nyai Lara Kidul memerlukan tambahan balatentara, guna memerangi tentara Nica yang musuh Mataram, dan juga musuh Republik. Maka untuk rekrutering balatentara lelembut itu, dibunuhinya
rakyat dengan menyebar wabah pes tanpa pardon! (Yuyud! Ini positif atau negatif, coba? Ironis ya Mas Wah? Jika mitos telah berhasil ditanamkan.)


Penutup 
Menghadapi mitos, legenda, saga dan sebangsanya, bukan lah "who's who" nya yang penting. Tapi "mengapa" nya, lalu "bagaimana" nya. Di situ lah soal nya. Maka itu, menurut hemat saya, bukan soal beratus nama dan beribu versi penuturan yang
masalah. Namun, karena terperangkap keasyikan mencari tahu "apa siapa" nya itu, orang terkadang lantas tergelincir berasyik masyuk di dalam "dichtung" kejadian nya saja. Bung Karno, dalam ceramah di Universitas Gajahmada (1954?) menyi- kapi legenda Nyai Lara Kidul ini dari konsep impian wawasan nusantara bahari. Juga di dalam
"Sarinah", diceritakannya tentang mitos laut bangsa bangsa Timur Tengah, yang mengandung kisah kisah perjuangan mereka dalam menunduk kan laut. Demikian juga Bima. Tak kurang gagah dan perkasa nya pula tokoh idola Bung Karno itu. Ada satu kali
ia memang kompromi dengan Nagaraja di Saptapratala. Tapi itu terjadi bukan lantaran Nagaraja berputri Nagagini yang jelita, melainkan karena keadaan darurat. Bahwa ia harus menyelamatkan empat saudara saudaranya dan Kunti, ibunya, dari pengejaran
Kurawa, sesudah kegagalan usaha pembunuhan dalam peristiwa
judi di Balai Sigalagala itu. Selebih nya paling tidak tiga kali Bima telah bertempur mati matian, dan berhasil mengalah kan tokoh tokoh bahureksa sakti: Hidimba (Arimba), raksasa penunggu pohon randu alas; dua raksasa kembar penunggu gunung;
dan seekor naga laut dalam kisah "Dewaruci". Konon kisah "Dewaruci" berasal dari jaman Mamenang (Isyanawikrama alias Empu Sindok), sekitar enam abad lebih tua dari jaman Mataran Senapati.
Kisah kisah perjuangan dan kemenangan anak manusia Jawa terhadap arwah bahureksa seperti itu, banyak terdapat baik dalam dunia wayang maupun dalam dongeng rakyat.
Adanya berbagai versi penuturan mitos tentang laut, menandakan juga adanya berbagai tokoh bahureksa laut di berbagai daerah kebudayaan. Tapi, beda dengan mitologi Hindu yang memandang laut sebagai laki laki (Dewa Waruna), di
Indonesia (seperti di Mesir) bahureksa laut mendapat bentuk sosok perempuan. Seperti halnya bumi, tanah dan air, laut merupakan unsur pengandung - pelahir - dan penyusui kehidupan.
Rakyat Buru selain mengenal Ina Kabuki, ratu yang bertahta di dasar Teluk Kayeli, juga mempunyai tokoh Boki Ronja(ng), "pamali' atau bahureksa sungai Wai Apu.
Bentuk feminin itu barangkali juga karena, di hadapan langit, laut terletak di bawah. Dari dunia pedalangan sering kita dengar kata kata, diucap kan terhadap tokoh yang akan dikenai senjata pamungkas; "tumengaa Bapa Angkasa, tumungkula
Babu Pertiwi" (tengadah lah pada Bapa Langit, dan tunduk lah
pada Ibu Bumi". Gagasan pemikiran demikian, bahwa "bapa" (laki laki) adalah langit, dan "ibu" (perempuan) adalah bumi, sesuai dengan konsep susunan bangunan lingga dan yoni.
Kemanunggalan Mataram dan Laut Selatan adalah mutlak, karena Laut Utara tidak lagi memberi lebensraum. Kesatu- tubuhan Senapati - Lara Kidul adalah mutlak, karena itu ialah kesatuan nya antara langit dan bumi, antara lingga dan yoni.
Mitos Nyai Lara Kidul sebuah konsep yang mempunyai akar sejarah pada "Wahyu Majapahit", mempunyai dasar ideologi pada dua aspek "gender" dalam satu tubuh (bandingkan dengan sesaji "ardanareswari" di Bali), dan merupakan antropomorfi dari
wawasan bahari Kerajaan Mataram yang telah hilang.
_______________________________
1 Profesor (pensiun) G.J. Resink (Yogya 1911-Jakarta 1996).
Artikel ini ditulis dan disiarkan "Kompas Minggu" tahun 1982.
2 Dalam konsepsi Jawa, perempuan atau syakti ("sy" ini
mestinya "c cedille") yang maha hebat agaknya selalu
dilukiskan sebagai "mengerikan". Ingat: Sarpakenaka, Durga,
Calon Arang, sedikit banyak juga "Durga Umayi" YB
Mangunwijaya, dsb.; bandingkan dengan konsepsi Barat yang
sebaliknya: Maria, Aya Sofia dll. Kenapa begitu, ya!?
3 Perhatikan gelar ini: "panembahan" gelar yang biasa
disandang para wali, raja atau bangsawan tinggi, yang kuasa
atas bidang ruhani (agama) dan kenegaraan. Jadi boleh lah di
terjemahkan sebagai: Yang Suci Panglima Perang. Gelar ini
tampaknya timbul dari satu jaman, ketika "dua tangan" (ulama
dan raja) memegang "satu fungsi" yang bersegi kembar ibarat
"kupu tarung" (segi ruhani dan badani), yaitu (untuk Jawa
Tengah) di jaman kerajaan Demak; dan lebih melembaga di jaman
ketika "dwi fungsi' (agama dan politik) dipegang satu tangan,
yaitu sejak jaman Panembahan Senapti dan lebih tegas lagi
sejak Amangkurat.
4 Adat kepercayaan demikian terdapat pada banyak suku murba
(terjemahan saya untuk "primitif" yang di telinga saya
terdengar melecehkan), juga sementara suku di Irian dan Papua
Niugini.
5 Ruba, Ruang Bawah Tanah, diambil dari istilah yang dipakai o-
leh gerakan perlawanan bersenjata melawan pemerintahan rezim
$uharto tahun 1968 di sekitar Blitar Selatan. Ide sistem perta
hanan ini diambil dari pengalaman para pejuang Vietnam ketika
mereka melakukan ofensif milter mengepung benteng Dien Bien Phu
yang akhirnya membebaskan mereka dari penjajahan Prancis.
6 P4 istilah Orde $uharto "Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila" tak lain istilah selubung untuk "indoktrinasi" atau
"brainwashing".


sumber: http://aindra.blogspot.com/2007/11/mitos-penguasa-laut-selatan.html

Pengertian Cerita Rakyat (2)

Cindy Tri Septiani
11111662
1KA30



cerita rakyat adalah cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa.

Roro Jonggrang, Timun Mas, Si Pitung, Legenda Danau Toba, dan ber-Ibu Kandung Seekor Kucing merupakan sederetan cerita rakyat yang ada di Indonesia. Masih banyak sederetan cerita rakyat yang memang diperuntukkan bagi anak-anak. 

Sayangnya ada sebagian cerita rakyat yang bersifat kontroversial karena dianggap tidak layak untuk anak. Sebut saja Sangkuriang, cerita yang mengisahkan seorang anak jatuh cinta dengan ibunya sendiri Ada beberapa pengertian mengenai arti kata dari Legenda yang dikemukakan oleh 
beberapa ahli. Legenda (Latin legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi (pembelokan) 
sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya.
Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung sifat-sifat folklor. Menurut Pudentia, legenda adalah cerita yang dipercaya oleh beberapa penduduk setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau sakral yang juga membedakannya dengan mite.

Pengertian Cerita Rakyat (1)

Cindy Tri Septiani
11111662
1KA30

Cerita Rakyat : Pengertian Cerita Rakyat - Cerita Rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki Bangsa Indonesia. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa. Fungsi Cerita rakyat selain sebagai hiburan juga bisa dijadikan suri tauladan terutama cerita rakyat yang mengandung pesan-pesan pendidikan moral. Banyak yang tidak menyadari kalo negeri kita tercinta ini mempunyai banyak Cerita Rakyat Indonesia yang belum kita dengar, bisa dimaklumi karenacerita rakyat menyebar dari mulut - ke mulut yang diwariskan secara turun - temurun. Namun sekarang banyak Cerita rakyat yang ditulis dan dipublikasikan sehingga cerita rakyat Indonesiabisa dijaga dan tidak sampai hilang dan punah.


sumber: http://www.dedisnaini.com/2010/05/cerita-rakyat-pengertian-cerita-rakyat.html

Pengertian Legenda(2)

Cindy Tri Septiani
11111662
1KA30



Legenda (bahasa Latin: legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung sifat-sifat folklor Menurut Pudentia, legenda adalah cerita yang dipercaya oleh beberapa penduduk setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau sakral yang juga membedakannya dengan mite. Dalam KBBI 2005, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Menurut Emeis, legenda adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan. Menurut William R. Bascom, legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas, legenda adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian.

Pengertian Legenda(1)

Cindy Tri Septiani
11111662
1KA30



LEGENDA

Legenda adalah cerita prosa rakyat yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap suci dan oleh yang empu- nya cerita sebagai suatu yang benar-benar terjadi dan juga telah dibumbui dengan keajaiban, kesaktian, dan keistimewaan tokohnya. Berbeda dengan mite, legenda ditokohi oleh manusia, ada kalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa dan sering kali juga dihubungkan dengan makhluk ajaib. Peristiwanya bersifat sekuler (keduniawian), dan sering dipandang sebagai sejarah kolektif. Oleh karena itu,  legenda seringkali dipandang sebagai ”sejarah” kolektif (folkstory).  Walaupun demikian, karena tidak tertulis maka kisah tersebut  telah mengalami distorsi sehingga seringkali jauh berbeda dengan  kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan  sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah maka legenda harus  bersih dari unsur-unsur yang mengandung sifat-sifat folklor.



B. Ciri-Ciri Legenda

Legenda merupakan cerita rakyat yang memiliki ciri-ciri, yaitu sebagai berikut.

1) Oleh yang empunya cerita dianggap sebagai suatu kejadian yang sungguh- sungguh pernah terjadi.
2) Bersifat sekuler (keduniawian), terjadinya pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Tokoh utama dalam legenda adalah manusia.
3) “Sejarah” kolektif, maksudnya sejarah yang banyak mengalami distorsi karena seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya.
4) Bersifat migration yakni dapat berpindah-pindah, sehingga dikenal luas di daerah-daerah yang berbeda.
5) Bersifat siklus, yaitu sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau kejadian tertentu, misalnya di Jawa legenda-legenda mengenai Panji.

sumber: http://bangungunanto.wordpress.com/2012/03/26/pengertian-mitos-legenda-dan-cerita-rakyat/

Opini: menurut saya Legenda adalah sebuah ciri khas yang suatu tempat atau daerah yang sangat berpengaruh.

Pengertian Mitos(1)

CindyTri Septiani
11111662
1KA30   



   Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kahyangan) pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos pada umumnya mengisahkan tentang terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam dan sebagainya. Mitos juga mengisahkan petualangan para dewa, kisah percintaan mereka, kisah perang mereka dan sebagainya. Selain berasal dari Indonesia, adapula mitos yang berasal dari luar negeri. Mitos yang berasal dari luar negeri pun pada umumnya sudah mengalami pengolahan lebih lanjut sehingga tidak terasa lagi asing.


     Hal ini disebabkan cerita-cerita itu mengalami proses adaptasi. Menurut Moens-Zorab orang Jawa bukan saja telah mengambil alih mitos-mitos dari India, melainkan juga telah mengadopsi dewa-dewa serta pahlawan-pahlawan Hindu sebagai dewa dan pahlawan Jawa. Bahkan orang Jawa pun percaya bahwa mitos-mitos itu (di antaranya berasal dari cerita epos Ramayana dan Mahabharata) terjadi di Jawa. Di Jawa Timur misalnya, Gunung Semeru dianggap oleh orang Hindu Jawa dan Bali sebagai gunung suci Mahameru, atau sedikitnya sebagai Puncak Mahameru yang dipindahkan dari India ke Pulau Jawa.


    Mitos di Indonesia biasanya menceritakan terjadinya alam semesta (cosmogony) terjadinya susunan para dewa dunia dewata (pantheon) terjadinya manusia pertama dan tokoh pahlawan bu- daya (culture hero); terjadinya makanan pokok, seperti beras dan sebagainya. Mengenai mite terjadinya padi, dikenal adanya Dewi Sri yang dianggap sebagai dewi padi orang Jawa.


    Menurut versi Surabaya (Jawa Timur), Dewi Sri adalah putri raja Purwacarita. la mempunyai seorang saudara laki-laki yang bernama Sadana. Pada suatu hari selagi tidur, Sri dan Sedana disihir oleh ibu tirinya. Sadana diubah menjadi seekor burung layang-layang dan Sri diubah menjadi ular sawah. Versi lain dari Jawa menceritakan bahwa padi berasal dari jenazah Dewi Sri, istri Dewa Wisnu. Selain padi ada tanaman-tanaman lain yang juga berasal dari jenazah Dewi Sri, seperti: dari tubuhnya tumbuh pohon aren; dari kepalanya tumbuh pohon kelapa dari kedua tangannya tumbuh pohon buah-buahan; dari kedua kakinya tumbuh tana- man akar-akaran, seperti ubi jalar dan talas. Dewi Sri meninggal karena dirongrong terus menerus oleh raksasa yang bernama Kala Gumarang. Raksasa ini sangat keras hati sehingga walau sudah meninggal ia masih menjelma menjadi rumput liar, yang selalu mengganggu tanaman padi, jelmaan Dewi Sri. Istilah motif dalam ilmu folklor berarti unsur-unsur suatu cerita.

    Motif teks cerita rakyat adalah unsur dari suatu cerita yang menonjol dan tidak biasa sifatnya. Unsur itu dapat berupa benda, hewan yang luar biasa, suatu konsep (larangan atau tabu), suatu perbuatan (ujian ketangkasan), penipuan terhadap suatu tokoh, angka keramat dan sebagainya. Mengenai mitologi tentang tokoh-tokoh rakyat di seluruh dunia, seperti cerita Oedipus, Theseus, Romulus, Nyikang (dari Afrika), dan Ratu Watu Gunung (dari Jawa) pada umumnya mengandung unsur-unsur di antaranya: ibunya seorang perawan; ayahnya seorang raja; terjadi proses perkawinan yang tidak wajar; ia dikenal juga sebagai putra dewa; ada usaha sang ayah untuk membunuhnya; disembunyikan secara rahasia; dipelihara oleh orang tua angkatnya; kembali menuju dan menduduki tahrta kerajaan; menikah dengan seorang putri; dan sebagainya. Dengan mengamati unsur-unsur yang mendasari mitos maupun legenda tokoh-tokoh rakyat seluruh dunia. Raglan berkesimpulan bahwa penyebab adanya kesamaan riwayat hidup tokoh-tokoh dalam cerita prosa rakyat karena adanya pola perumusan yang sama. Oleh karena itu, walaupun tokoh-tokoh itu benar-benar ada, tetapi cerita siklus tokoh-tokoh rakyat kurang mengandung nilai sejarah. Hal ini disebabkan cerita.



Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/history/2255987-pengertian-mitos/#ixzz1qVX6sC8P



Opini:
menurut saya mitos itu adalah salah bagian dari sebuah cerita yang menjadi ciri khas suatu daerah atau tempat. mitos dapat dipercaya maupun tidak. Tetap berfikir realistis.

Pengertian Mitos

Ada beberapa pengertian mitos yang diungkapkan oleh para sejarawan. Dari beberapa pengertian itu dapat disimpulkan
bahwa :

Mitos adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain
(kayangan) dan dianggap benar – benar terjadi oleh empunya cerita atau penganutnya.

Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi,
petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya. Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari Indonesia dan
ada juga yang berasal dari luar negeri.

Mitos yang berasal dari luar negeri pada umumnya telah mengalami
perubahan dan pengolahan lebih lanjut, sehingga tidak terasa asing lagi
yang disebabkan oleh proses adaptasi karena perubahan jaman. Menurut
Moens-Zoeb, orang Jawa bukan saja telah mengambil mitos-mitos dari
India, melainkan juga telah mengadopsi dewa-dewa Hindu sebagai dewa
Jawa. Di Jawa Timur misalnya, Gunung Semeru dianggap oleh orang Hindu
Jawa dan Bali sebagai gunung suci Mahameru atau sedikitnya sebagai
Puncak Mahameru yang dipindahkan dari India ke Pulau Jawa. Mitos di
Indonesia biasanya menceritakan tentang terjadinya alam semesta,
terjadinya susunan para dewa, terjadinya manusia pertama, dunia dewata,
dan terjadinya makanan pokok.

Pengaruh Mitos Secara Umum terhadap Masyarakat

Mitos sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat. Ada masyarakat yang

mempercayai mitos tersebut, ada juga masyarakat yang tidak
mempercayainya. Jika mitos tersebut terbukti kebenarannya, maka
masyarakat yang mempercayainya merasa untung. Tetapi jika mitos
tersebut belum terbukti kebenarannya, maka masyarakat bisa dirugikan.


Sumber: http://www.forumkami.net/pendidikan/21421-pengertian-mitos.html#ixzz1qVUcRo9U

Senin, 05 Maret 2012

Macam-macam Kebudayaan Asing (3)

Macam-Macam Kebudayaan Asing (3)

Nilai-nilai budaya dasar itu dapat tergambar dalam sebuah novel atau teks prosa lainnya, tentu saja ini dipengaruhi latar belakang dan sikap hidup pengarangnya. Jika pengarangnya mempunyai prinsip hidup budaya timur, sudah dipastikan nilai-nilai budaya yang muncul dalam karyanya adalah nilai-nilai budaya timur.

Bahwa pertentangan antara budaya timur dan budaya barat akan terus terjadi. Macam-macam kebudayaan itu mau tidak mau memang saling bersinggungan. Dan satu hal yang harus di pahami adalah dunia indah karena terciptanya berbagai perbedaaan, begitupun kebudayaan. Jadi, berbeda dalam budaya itu sejatinya adalah sikap yang wajar .
OPINI : 
Banyaknya budaya asing yang masuk ke dalam Indonesia membuat masyrakat sering kali resah dan menjadi kekhawatiran. Namun, sebagai bangsa yang baik dan bijkasana, kita harus pintar memilih dan menyaring budaya asing masuk, tidak sedikit budaya asing yang buruk yang masuk ke Indonesia dan tidak banyak budaya asing baik juga yang masuk ke Indonesia maka dari itu kita harus pintar memilah-milih budaya tersebut. karna setiap kebudayaan ada yang berunsur negatif ada pula yang berunsur negatif.
(Cindy Tri Septiani, 11111662, 1KA30)
Sumber :
http://www.anneahira.com/macam-macam-kebudayaan.htm

Macam-macam Kebudayaan Asing (2)

Macam-Macam Kebudayaan Asing (2)
1. NILAI BUDAYA BARAT DAN MARTABAT MANUSIA
Budaya barat menganggap manusia adalah ukuran untuk segalanya. Maksudnya, manusia mempunyai kemampuan untuk menyempurnakan hidupnya sendiri berdasarkan akal, intelektual dan pengalaman. Di barat kepuasan diperoleh melalui usaha-usaha atau perhatian terhadap benda, kenikmatan, dan keselarasan di dunia. Usaha-usaha itu dengan sendirinya dapat menimbulkan kondisi kehidupan yang penuh dengan persaingan bahkan dapat menimbulkan kekacauan.
 
2. NILAI BUDAYA BARAT DAN KEBEBASAN
Semua budaya timur menganggap budaya barat penuh dengan kebebasan. Segala sesuatunya mungkin terjadi. Spontanitas lebih dihargai dan individu bebas dari tekanan dan campur tangan orang lain. Akhirnya, kebebasan itu diwujudkan kedalam berbagai bidang kehidupan sosial, politik, macam-macam kebudayaan, dan ekonomi.
Namun kebebasan ini ternyata menyebabkan orang lain tidak bebas lagi. Sebagai akibat dari kebebasan itu pulalah nilai-nilai umum dan nilai kebersamaan semakin pudar.

3. NILAI BUDAYA BARAT DAN TEKNOLOGI
Harus di akui kemajuan teknologi budaya barat sangan berkembang pesat dari pada budaya timur. Hasil teknologi barat melebihi kebutuhan manusia bahkan mengganggu kepentingan manusia karena terlalu cepat sampai kedepan. Teknologi yang mereka ciptakan adalah salah satu macam-macam teknologi yang ada di budaya barat.

Di barat tidak sedikit manusia yang dikuasai perubahan teknologi. Perubahan itu menyebabkan mereka kehilangan arah, hilang kepercayaan terhadap diri sendiri, kehilangan nilai hidup dan keimanan. Akibatnya, timbul kecemasan, tidak acuh tak acuh, dan terganggu kesehatan fisik dan jiwanya.(Lanjut Bagian Ke-3)

Macam-macam Kebudayaan Asing (1)

Macam-Macam Kebudayaan Asing (1)

Dalam lingkup lebih luas dikenal dengan adanya nilai-nilai budaya asing, nilai budaya asing itu yang bisa di bedakan menjadi budaya barat dan budaya timur.
MACAM – MACAM KEBUDAYAAN – BUDAYA TIMUR
Macam-macam kebudayaan yang pertama adalah budaya bangsa timur yang pada intinya bersumber pada nilai agama. Inti kepribadian buaya tmur terletak pada hatinya dimana dengan hatinya mereka bisa menyatukan akal budi, ituisi, intelegnsi dan perasaan.
Sesuatu yang baik menurut budaya timur adalah sesuatu yang diperoleh melalui pencairan zat yang satu, didalam diri kita ataupun di luarnya. Sikap orang timur terhadap alam adalah menyatu dengan alam, tidak mengeksploitasi alam, bahkan menginginkan harmoni dengan alam. Sebab alam merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan manusia.
Indonesia adalah sebagian wilayah yang menganut budaya timur, harus mementingkan kerohanian, keharmonisan, gotong-royong, dan perasaan manusia antar manusia, manusia dengan Tuhan. Oleh sebab itu, macam-macam kebudayaan Indonesia banyak memiliki kriteria yang sama dengan kebudayaan timur.
MACAM-MACAM KEBUDAYAAN-BUDAYA BARAT
Macam-macam nilai kebudayaan barat cenderung berbalik dengan kebudayaan timur. Kebudayaan barat menekankan dunia objektif dibandingkan perasaan sehingga pola pemikirannya menghasilkan sains dan teknologi.
Budaya barat hanya meyakini sesuatu yang masuk akal saja, sehingga keagamaan dianggap sesuatu yang tidak masuk akal (irasional). Kehidupan barat lebih terpikat pada kemajuan material dan hidup. Sehingga mereka menganggap pikiran nilai-nilai hidup yang meminta kepekaan hati sebagai sesuatu yang tidak bermutu.(Lanjut Bagian ke-2)

Macam-macam Kebudayaan Indonesia (3)

Macam-Macam Kebudayaan Indonesia (3)
                        
Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.
Kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju Tiongkok.
Kedatangan penjelajah dari Eropa sejak abad ke-16 ke Nusantara, dan penjajahan yang berlangsung selanjutnya, membawa berbagai bentuk kebudayaan barat dan membentuk kebudayaan Indonesia modern sebagaimana yang dapat dijumpai sekarang. Teknologi, sistem organisasi dan politik, sistem sosial, berbagai elemen budaya seperti boga, busana perekonomian, dan sebagainya, banyak mengadopsi kebudayaan Barat yang lambat-laun terintegrasi dalam masyarakat.
OPINI :
Sebagai warga negara Indonesia yang baik kita wajib menjaga dan melastarikan budaya dan adat istiadat serta keragaman yang di miliki Indonesia, kita menjaga dari ancaman-ancaman plagiatan, ancaman perusakan dan “hak milik”.
(Cindy Tri Septiani, 11111662, 1KA30)

Sumber:
http://akmalozan-gundar.blogspot.com/2010/04/macam-macam-kebudayaan-indonesia.html
http://indonesia-liek.blogspot.com/2011/04/macam-macam-kebudayaan-indonesia-contoh.html